expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Minggu, 30 April 2023

Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin

 

                                     Sumber gambar: https://vclass.unila.ac.id/

Ki Hajar Dewantara memiliki filosofi Pratap Triloka “Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani”. Filosofi tersebut dapat dimaknai sebagai berikut.

Ing ngarso sung tulodo, maknanya sebagai seorang pemimpin pembelajaran, guru menjadi figur teladan dan panutan bagi muridnya. Seorang guru harus memberikan teladan kepribadian yang baik dengan karakter yang patut dicontoh.

Ing madya mangun karsa, maknanya seorang guru ditengah membangun prakarsa, bekerjasama dan menjalin komunikasi yang baik dengan muridnya. Seorang guru membimbing, menuntun dan mengayomi murid dalam memenuhi kebutuhan belajarnya dengan menerapkan pendidikan yang berpihak pada murid.

Tut wuri handayani, maknanya adalah seorang guru berperan sebagai pemberi semangat, motivasi dan dukungan bagi muridnya agar dapat mengembangkan potensinya dan menjadi manusia yang utuh yang bermanfaat di masyarakat. Karena pendidikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya.

Kaitan Pratap Triloka tersebut dengan pengambilan keputusan adalah sebagai seorang teladan, seorang guru harus menerapkan budaya positif dalam menerapkan nilai-nilai kebajikan universal, memiliki kompetensi sosial emosional yang baik, bertanggung jawab, bisa mengendalikan situasi dengan mindfulness sehingga dalam pengambilan keputusan, guru dapat bertindak tepat ketika menghadapi dilema etika dan bujukan moral. Dalam pengambilan keputusan hendaknya salah satu dasar utama pertimbangannya adalah, apakah keputusan tersebut berpihak pada murid? Apakah keputusan tersebut bermanfaat atau justru berdampak negatif untuk murid. Gurupun harus menjadi sosok motivator dan pendorong dengan memberikan kesempatan kepada murid untuk mengembangkan potensinya sehingga mereka bisa merasakan merdeka belajar.

Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, pastinya berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan. Semakin kaya nilai-nilai kebajikan universal yang tertanam di dalam diri seseorang, semakin bijak pula ia dalam mengambil keputusan.

Kidder menjelaskan prinsip yang membantu dalam mengambil keputusan yaitu Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking) dan Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Seseorang dengan nilai kebajikan dominan empati, menghargai, kedermawanan, belas kasih dan kepedulian cenderung akan memilih prinsip berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based Thinking). Sedangkan seseorang dengan nilai kebajikan dominan komitmen, kejujuran, ketegasan, komitmen, integritas dan keadilan akan taat pada peraturan dan cenderung memilih prinsip berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking). Dan seseorang dengan nilai kebajikan dominan bergotong royong, kerja sama, dan memiliki jiwa sosial yang tinggi cenderung memilih prinsip berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking).

Setelah mempelajari materi pengambilan keputusan dan coaching, ternyata keduanya sangat berkaitan. Dalam materi coaching saya belajar menjadi coach, coachee dan pengamat. Saya pun memahami bagaimana menuntun coache dalam mengambil keputusan. Hal ini dapat saya terapkan dalam pengambilan keputusan, dengan menerapkan sembilan langkah penentuan keputusan yang sama seperti kegiatan coaching, berisi pertanyaan-pertanyaan yang mengeksplorasi fakta dan potensi-potensi dalam sebuah kasus dilema etika, sehingga memandu dan memudahkan proses menuju pengambilan keputusan yang tepat dan efisien.

Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika. Seseorang dengan latar belakang tertanamnya nilai-nilai kebajikan di dalam dirinya selaras dengan kompetensi sosial emosional yang baik. Keputusan yang diambil berdasarkan emosi sesaat, pastinya tidak akan tepat, bahkan bisa menimbulkan dampak negatif bagi diri sendiri maupun orang lain. Dengan penguasaan midfulness, selaras juga dengan baiknya kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi dan kemampuan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Pikiran berada dalam situasi terbaiknya jika terfokus pada situasi saat ini dan masa sekarang. Peran praktik kesadaran penuh (mindfulness)  dapat membantu dalam menyikapi, memproses, dan merespon permasalahan yang dihadapi untuk fokus pada situasi saat ini - bukan pada kekhawatiran akan masa yang akan datang ataupun penyesalan akan masa yang telah berlalu. Bila seseorang sudah dapat mengendalikan emosinya dan dirinya, maka ia akan berpikir jernih dan mampu mengambil keputusan dengan bijak dan bertanggung jawab.

Sebagai seorang pendidik tentu akan menghadapi permasalahan terkait dilema etika ataupun bujukan moral. Pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik. Nilai-nilai kebajikan yang tertanam pada diri seorang pendidik akan mempengaruhi pembahasannya mengenai suatu kasus dilema etika ataupun bujukan moral. Materi dan ilmu yang didapat mengenai nilai-nilai kebajikan universal, coaching dan pembahasan studi kasus memberikan contoh penyelesaian dilema etika dan bujukan moral yang bisa saja dialami oleh seorang pendidik. Pengalaman bermakna ini akan memperkaya wawasan dan keterampilan dalam menyelesaikan suatu permasalahan dilema etika maupun bujukan moral dengan bijaksana.

Dalam pengambilan suatu keputusan, idealnya didasarkan pertimbangan nilai-nilai kebajikan, bertanggung jawab dan berpihak pada murid. Hal ini dimaksudkan agar hasil dari pengambilan keputusan akan berdampak positif bagi semua pihak dan meminimalisir bahkan meniadakan dampak negatif. Untuk dapat mengambil sebuah yang menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman adalah dengan mengenali kasus yang terjadi apakah kasus tersebut termasuk dilema etika atau bujukan moral. Jika kasus tersebut merupakan dilema etika, sebelum mengambil sebuah keputusan harus dilakukan analisis pengambilan keputusan berdasarkan pada empat paradigma, tiga prinsip dan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan sehingga hasil keputusan yang diambil mampu menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman untuk semua pihak.

Tantangan-tantangan yang ada untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika adalah ketika paradigma yang sudah terbentuk di lingkungan menghalangi dihasilkannya keputusan yang tepat. Paradigma tersebut di antaranya lebih mengutamakan kesetiakawanan atau rasa kasihan sehingga dapat menggiring kepada pembiaran pelanggaran aturan, perbedaan pandangan terhadap nilai-nilai kebajikan yang tertanam di setiap individu akan mengarahkan juga kepada perbedaan pandangan terhadap suatu permasalahan. Namun, dengan menyamakan persepsi mengenai konsep yang sudah diperkenalkan tentangi paradigma, prinsip dan sembilan langkah pengambilan keputusan kendala-kendala tersebut bisa diminimalisir.

Pengambilan keputusan yang tepat dan bijak akan berpengaruh terhadap pengajaran yang memerdekakan murid. Salah satu pertimbangan dalam pengambilan keputusan adalah berpihak kepada murid. Dengan demikian seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran dalam pengambilan keputusannya akan selalu memprioritaskan keberpihakan pada murid. Hal ini akan mengantarkan kepada pembelajaran merdeka yang mengarahkan kepada keselamatan dan kebahagiaan murid. Pengambilan keputusan yang tepat untuk kebutuhan murid yang berbeda-beda dimulai dengan menemukenali keragaman kebutuhan murid, untuk selanjutnya disesuaikan dengan paradigma, prinsip dan sembilan langkah pengambilan keputusan. Keputusan yang bijak dan tepat pun akan menjadi teladan bagi murid dan akan memotivasi murid untuk melakukan hal yang sama sehingga terbentuklah Profil Pelajar Pancasila yang diinginkan.

Keputusan yang diambil dengan pengajaran yang memerdekakan murid akan mempengaruhi masa depan murid. Setiap murid adalah benih-benih yang harus disemai dengan baik. Setiap murid memiliki kodrat dan potensinya sendiri-sendiri. Tugas seorang guru adalah membimbing dan mengarahkan murid menjadi manusia seutuhnya yang selamat dan bahagia serta bermanfaat bagi lingkungan. Dengan pengambilan keputusan yang memerdekakan murid, menjadi jembatan bagi murid untuk bisa terpenuhi kebutuhan belajarnya yang berbeda-beda, sehingga dapat mengembangkan dirinya semaksimal mungkin. Tentu saja dengan hal ini diharapkan kehidupan dan masa depan setiap murid akan gemilang.

Pendidikan adalah usaha untuk menjadikan seorang murid menjadi manusia seutuhnya yang selamat, bahagia dan bermanfaat. Hal ini dapat tercapai dengan menerapkan filosofi Pratap Triloka “Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani”. Dengan memberikan teladan, bimbingan dan dorongan seorang guru dapat mengarahkan seorang murid untuk dapat mengembangkan potensi dirinya semaksimal mungkin. Seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran dengan nilai berpihak pada murid, mandiri, kolaboratif, inovatif dan reflektif harus bisa melayani murid dengan pendidikan yang berpihak pada murid. Hal ini dapat tercapai dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi untuk memenuhi kebutuhan belajar murid yang berbeda-beda, penerapan pembelajaran sosial-emosional yang dapat menanamkan nilai-nilai kebajikan pada murid dan penerapan budaya positif yang pada akhirnya akan membentuk Profil Pelajar Pancasila seperti yang diharapkan.

Untuk dapat mengembangkan potensi diri dan murid, seorang guru harus memiliki keterampilan coaching. Teknik coaching akan menggali potensi sehingga munculah solusi dan ide-ide kreatif yang datang dari diri sendiri. Hal ini juga akan memacu munculnya motivasi intrinsik dalam menjalankan kebaikan demi terwujudnya visi misi dan tujuan sekolah.

Dalam praktik pengambilan keputusan, seorang guru yang dilatarbelakangi dengan tertanamnya nilai-nilai kebajikan akan mempengaruhi ia menjadi lebih bijak dalam pengambilan keputusan. Nilai-nilai kebajikan ini akan membentuk kompetensi sosial-emosional yang baik, sehingga seorang guru akan memiliki kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi dan kemampuan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.  Selain itu keterampilan coaching pun akan sangat membantu dalam menggali suatu permasalahan. Semua hal ini akan membantu seorang guru dalam menghadapi permasalahan dilema etika dan bujukan moral, tentunya dibantu dengan analisis empat paradigma, prinsip dan sembilan langkah pengambilan keputusan. Dengan keputusan yang bijak dan tepat akan tercapailah lingkungan dan situasi yang nyaman, kondusif untuk pembelajaran sehingga dapat tercapai Profil Pelajar Pancasila yang diharapkan.

Dilema etika ketika seseorang dihadapkan untuk memilih antara dua hal yang sama-sama merupakan kebenaran, ia dihadapkan pada dua hal terkait nilai kebajikan. Sedangkan bujukan moral, di mana seseorang dihadapkan pada dua hal,  yang mana satu hal merupakan kebenaran yang terkait nilai kebajikan universal, sedangkan satu hal lainnya adalah hal yang salah atau penyimpangan terhadap peraturan.

Secara umum ada pola, model, atau paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika, yaitu

1.       Individu lawan kelompok (individual vs community), di mana berhubungan dengan konflik antara kepentingan pribadi lawan kepentingan orang lain atau kelompok kecil lawan kelompok besar.

2.       Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy), pilihannya adalah antara mengikuti aturan atau tidak sepenuhnya. Pilihan untuk berlaku adil dengan memperlakukan hal yang sama bagi semua orang, atau membuat pengecualian dengan alasan kemurahan hati dan kasih sayang.

3.       Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty), pilihan untuk jujur menyampaikan informasi berdasarkan fakta atau menjunjung nilai kesetiaan pada profesi, kelompok tertentu, atau komitmen yang telah dibuat sebelumnya.

4.       Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term), pilihan keputusan yang kelihatannya terbaik untuk saat ini atau yang terbaik untuk masa yang akan datang.

 

Prinsip yang paling umum dalam pengambilan keputusan adalah

1.       Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), pertimbangan kepentingan orang banyak

2.       Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking), pertimbangan kebenaran yang sesuai dengan peraturan

3.       Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking), pertimbangan rasa empati dan rasa kasihan kepada orang lain.

 

Terdapat sembilan langkah yang dapat dilakukan dalam mengambil keputusan dan menguji keputusan yang akan diambil dalam situasi dilema etika ataupun bujukan moral yang membingungkan, yaitu mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan, menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini, kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi, pengujian benar atau salah, pengujian paradigma benar lawan benar, melakukan prinsip resolusi, investigasi opsi trilema, buat keputusan dan lihat lagi keputusan dan merefleksikan.

Hal tak terduga dari yang saya pelajari adalah bahwa dalam pengambilan keputusan tidak selalu berdasarkan pertimbangan peraturan, bisa juga karena kepentingan orang banyak atau rasa empati, namun itu semua yang utama harus dilandaskan pada keberpihakan pada murid.

Sebelum mempelajari modul ini, saya pernah menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi dilema etika dan bujukan moral, yaitu dengan teknik skala prioritas dan analisis SWOT. Pada waktu itu saya menimbang-nimbang mana yang lebih urgen dan mana yang tidak ada dampak negatifnya serta jangan sampai melanggar peraturan yang berlaku.

Sebelum mempelajari modul mengenai pengambilan keputusan, saya masih kaku. Dalam pengambilan keputusan saya lebih condong kepada berpikir berbasis peraturan (rule-based thinking), pertimbangan kebenaran yang sesuai dengan peraturan. Namun setelah mempelajari modul ini wawasan dan pola pikir saya menjadi lebih kaya, dengan harapan saya akan lebih bijak dalam pengambilan keputusan dengan mempertimbangkan dari sisi hasil akhir dan empati yang pada akhirnya bertujuan untuk keberpihakan pada murid.

Mempelajari topik ini sangatlah penting baik sebagai individu maupun sebagai seorang pemimpin, karena dalam kehidupan kita selalu dihadapkan dengan pilihan. Sebagai seorang individu keputusan yang kita ambil akan lebih berpengaruh kepada kehidupan diri sendiri maupun orang-orang terdekat kita, namun sebagai pemimpin keputusan yang diambil pengaruhnya akan lebih luas kepada banyak pihak. Untuk itu dibutuhkan wawasan dan keterampilan dalam pengambilan keputusan yang bijaksana dan tepat.

 

 

 

 

2 komentar:

Followers

Recent Comments